Tas Noken Papua Incar Pasar Luar Negeri? Yuk Simak Penjelasannya
Sebelumnya kita sudah membahas apa itu kearifan lokal. Jika mengulas pembahasan yang sebelumnya, kearifan lokal adalah sebuah nilai yang lebih dari kekayaan budaya. Di dalam kearifan lokal tersebut juga ada karya-karya masyarakat lokal yang memiliki makna mendalam pada sebuah karya. Salah satu karya dari pengrajin yang mengusung nilai lokal adalah tas noken papua yang menjadi aksesoris khas Tanah Papua. Karya yang luar ini memiliki makna yang mendalam dan juga sudah sangat menyatu dengan kehidupan sehari-hari warga Papua. Salah satu filosofinya menyebutkan bahwa noken adalah sebuah simbol kehidupan yang baik dan kemakmuran.
Sekilas Tas Noken Asal Papua
Tas noken Papua adalah karya masyarakat lokal yang dibuat dari bahan-bahan yang ada di hutan. Tas ini mulanya dibuat oleh warga lokal untuk membawa hasil bumi yang mereka ambil dari hutan. Bahan yang digunakan untuk membuat tas ini juga bahan penyusun noken Papua juga termasuk akar tanaman anggrek, beberapa jenis dedaunan, kulit kayu, bahkan ilalang. Dengan bahan tersebut akhirnya warga lokal bisa menghasilkan menghasilkan tas noken yang menawan dan sarat akan makna.
Karena unik, penuh makna, dan termasuk kearifan lokal maka tak heran jika Noken papua telah mendapatkan pengakuan dari UNESCO sebagai salah satu warisan budaya tak benda pada 2012 lalu. Hal itu pula yang menjadikan tas cantik ini menjadi salah satu kerajinan tangan khas Papua yang selalu diburu para wisatawan.
Noken adalah sebuah sebutan untuk banyak pemakaian nama tas yang serbaguna di lebih dari 250 suku di Papua. Dahulu tidak sembarang orang bisa membawa noken, melainkan hanya orang ternama, yang memiliki kuasa, dan pihak berada. Hal tersebut karena noken memiliki makna mendalam bagi semua masyarakat disana.
Seiring berjalannya waktu, makan dan nilai dari tas noken Papua tidak berkurang namun akhirnya tas tersebut dapat digunakan oleh masyarakat luas dan berbagai kalangan. Selain digunakan untuk untuk mengangkut hasil panen di kebun atau hutan, tas ini juga banyak dipakai untuk menggendong anak-anak oleh warga lokal.
Yang tak kalah unik dari tas ini adalah penggunaannya, Biasanya banyak ditemukan kaum wanita Papua menggunakan noken di atas kepala. Secara pusing, noken juga dibagi-bagi menjadi beberapa. Ada yang khusus membawa makanan, namun ada pula yang dimaksudkan untuk membawa barang-barang berharga.
Bahan yang digunakan
Pada dasarnya, noken di Papua memiliki berbagai jenis dan warna, kendati demikian noken memiliki kesamaan dari bahan bakunya. Biasanya bahan baku yang digunakan adalah yang diambil dari alam setempat seperti daun sagu muda, kulit kayu, atau batang bunga anggrek.
Proses pembuatan
Proses pembuatan noken juga memakan waktu yang cukup lama. Pertama, kulit kayu yang akan menjadi bahan baku umum noken dikupas lebih dulu untuk dipisahkan antara kulit dengan serat.
Setelah terpisah, serat kayu ditumbuk, lalu diremas-remas dan dijemur agar sisa air di dalamnya bisa keluar semua. Setelah kering, serat kayu dibelah jadi bagian-bagian lebih kecil supaya nantinya mudah dipintal. Terakhir adalah yang paling penting yaitu pemintalan dilakukan secara manual sebelum serat kayu dirajut ke berbagai macam pola noken.
Waktu yang dibutuhkan untuk membuat kerajinan ini biasanya satu hingga dua dua hari. Akan tetapi, terdapat beberapa noken yang harus melalui proses perendaman serat kayu selama satu minggu. Seiring berjalannya waktu, bahan untuk membuat kerajinan ini juga mulai beragam yaitu dengan benang, rumput, bahkan anggrek yang dipetik langsung di hutan.
Meskipun memiliki nama yang sama, namun untuk pola rajutan, setiap suku punya cerita masing-masing di baliknya. Dari perbedaan ini juga nantinya mencakup warna dan bahan baku untuk membuat noken. Contohnya seperti di wilayah adat Meepago, nokennya dibuat dari kulit batang bunga anggrek. Noken wilayah selatan Papua, berbeda dengan noken di wilayah pesisir maupun noken di wilayah pegunungan.
Harga jual
Untuk harga cukup bervariasi mulai dari Rp 100 ribu hingga jutaan rupiah. Tapi, noken yang terbuat dari benang sulam memiliki harga lebih rendah dibandingkan dengan noken yang terbuat dari bahan alami.
Banyak cara yang digunakan untuk menjual noken, biasanya mama penjual noken menggantung sejumlah karya noken pada seutas tali. Mama penjual noken menjual noken di pinggir jalan protokol atau di depan pusat perbelanjaan. Kini, bahkan noken juga mudah dijumpai di marketplace. Seperti dalam penjelasan sebelumnya, noken banyak dilirik oleh wisatawan dan itu membuktikan bahwa kerajinan ini memiliki peluang bisnis di pasar global.
Tas noken siap menembus pasar global
Pada tanggal 27 Mei 2022, UMKM dari seluruh Indonesia mengikuti acara Karya Kreatif Indonesia (KKI) yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia di Jakarta Convention Center. Salah satu yang paling menarik perhatian adalah UMKM Papua yang memamerkan produk kerajinan lokal dari daerahnya.
Menurut Bambang selaku perwakilan dari Bank Indonesia dari Papua bahwa tas noken cukup diminati sebab belum banyak masyarakat familiar dengan produk ini. Untuk harganya sendiri tas noken papua dibanderol antara Rp 3 juta hingga Rp 5 juta, tergantung bahan dasar pembuatannya.Menurutnya ada banyak buyer potensial dan salah satunya dari Australia yang berani bayar lebih mahal dari harga di Indonesia.
Baca juga: Mengapa Kita Harus Cinta Produk Indonesia? Ini 6 Alasannya
#BeraniEkspor bersama AeXI
Kamu juga bisa menjadi bagian dari pengusaha dengan kearifan lokal yang mengglobal bersama AeXI. AeXI adalah akselerator ekspor Indonesia yang telah sukses membawa banyak UKM untuk menembus pasar global. AeXI memiliki digital marketing service yang sangat membantu UKM, untuk berkembang. Mulai dari akses ke pasar global, pengembangan produk, dukungan logistik hingga pendampingan legal dan sertifikasi. Yuk #BeraniEkspor bersama AeXI dan daftarkan bisnis kamu sekarang juga.